Sabtu, 08 Januari 2011

Kenapa Guru Harus Menulis?

Kenapa Guru Harus Menulis?

Abdus Salam
Guru di STISIP Muhammadiyah Madiun

Gagasan yang dilakukan Ikatan Guru Indonesia (IGI) bekerja sama sama dengan harian Kompas dan Surya melakukan pelatihan Guru Menulis di Media Masa, akhir Oktober 2010 silam di Surabaya, patut diapresiasi semua pihak. Utamanya IGI, Kompas dan Surya yang telah memberikan ruang dan waktu untuk meningkatkan kapasitas para guru untuk bisa menulis di media massa.

Kegiatan yang dihadiri 480 orang peserta ini dari berbagai sekolah di sejumlah kota di Jawa Timur itu memberikan kontribusi positif, utamanya bagi para guru yang berkutat dengan dunia pendidikan. Bahkan, Mendiknas Muhamad Nuh sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.

Mengingat keterbatasan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru seperti diakui Mendiknas di depan peserta pelatihan. Oleh karena itu, dukungan pihak ketiga seperti Kompas dan Surya yang turut membantu melakukan pelatihan terhadap guru agar lebih kreatif dan produktif, utamanya dalam hal menulis di media massa.

Tidak bisa dimungkiri bahwa guru adalah kelompok intektual yang berkutat dengan dunia keilmuan. Transformasi pengetahuan terhadap peserta didik menjadi mutlak adanya. Tentunya seorang guru tidak hanya berhenti pada transformasi pengetahuan yang verbalistik.

Lebih dari itu, guru dituntut untuk lebih produktif dalam memberikan pencerahan terhadap masyarakat melalui karya tekstual seperti menulis di media maupun melalui jurnal pendidikan, pengetahuan bahkan buku yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

Guru, digugu lan ditiru (menjadi panutan dan contoh) menjadi adagium klasik yang sering dilekatkan pada sosok guru. Digugu lantaran seorang guru dinilai memiliki kelebihan oleh masyarakat, baik secara keilmuan maupun secara etika sosial. Pun, masyarakat akan meniru perilaku seorang guru karena guru adalah laboratorium pengetahuan di mana masyarakat akan bergantung pada seorang guru.

Banyak kasus yang menimpa para guru saat ini, masih banyak para guru (mulai tingkat SD-SMA) yang gagap teknologi (gaptek) sementara para peserta didiknya justru lebih piawai dan leluasa menjelajahi dunia teknologi seperti internet. Para murid justru lebih pintar dan tahu ketimbang guru mengenai dunia teknologi. Jika demikian yang terjadi, masih layakkah digugu atau ditiru guru yang tidak sigap dengan perkembangan zaman dan teknologi ini?

Paradoks adalah kata yang tepat bagi seorang guru jika pada awalnya dinilai masyarakat sebagai sumber pengetahuan sementara pada realitasnya yang terjadi sebaliknya. Sungguh ironis jika mengaca data yang disampaikan Mendiknas bahwa tunjangan sertifikasi dan profesi tidak berbanding lurus dengan profesionalisme dan peningkatan kapasitas seorang guru, lebih-lebih dalam dunia menulis.

Mencermati data yang disampaikan Mendiknas bahwa jumlah guru golongan IVb hanya 0,87 persen, golongan IVc (0,007 persen), golongan IVd (0,002 persen). Tragisnya banyak guru yang tidak naik ke golongan IVb ke atas karena tidak bisa menghasilkan karya tulis ilmiah. Setidaknya sampai dengan November 2009 silam terdapat 569.611 guru (21,84 persen) yang golongannya terhenti di tataran IV/a. Tentunya, ini menjadi pekerjaan rumah bersama bagi para guru untuk berkarya melalui tulisan.

Sabtu, 25 Desember 2010

Proposal

P R O P O S A L

SEMINAR SEHARI

” Pemanfaatan Buku Bahan Ajar Bagi Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru Penjasorkes SD/MI Kota Batam”

FORUM KELOMPOK KERJA GURU PENJASORKES SD/MI
KOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2011

Latar Belakang

”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
(UU No. 14 Tahun 2005, Bab I Pasal 1)

Keberadaan guru yang kompeten dan profesional merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong terciptanya guru yang kompeten dan berkualitas.
Salah satu indikator guru profesional dan kompeten adalah guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan kebutuhan peserta didik. Penerapan pola ini akan menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar, enjoy dalam mengajar, yang pada akhirnya akan menghasilkan proses KBM yang berkualitas termasuk peserta didik yang berprestasi.
Seiring dengan pesatnya perkembangan sain dan teknologi, khususnya dalam bidang Information, Communication and Tekhnology (ICT) semakin memudahkan siswa dalam menggali disiplin ilmu yang diminati, dan juga memudahkan guru dalam menyampaikan ilmu karena telah tersedianya fasilitas yang canggih. Internet sudah ada dimana-mana, ruang belajar tidak lagi disekat oleh kelas, tetapi sudah mampu belajar jarak (distance learning), dan belajar dimanapun. Haruskah guru masih setia dengan pola lamanya?
Saatnya guru berubah! Mengubah pola fikir, mengubah model dan strategi mengajar, mengubah media dan bahan ajar, bahkan guru harus mampu mendesain media belajar sendiri berbasis ICT. Dengan perubahan tersebut diharapkan: Siswa belajar lebih menyenangkan, materi ajar lebih cepat tercerna karena menggunakan media dan bahan ajar yang cocok, guru pun akan lebih cepat menuntaskan segala tugas keguruannya karena sudah menguasai kecanggihan ICT/IT dalam menggunakan bahan ajar buku pokok yang relevan sebagai sumber sekunder dalam mengembangkan Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran.
Karenanya, Forum Kelompok Kerja Guru Penjasorkes SD/MI Kota Batam sebagai salah satu organiasi profesi keguruan sangat memberikan perhatian terhadap kualitas guru, khususnya terkait dengan rendahnya penguasaan guru dalam bidang memahami Penelitian Tindakan Kelas. Puluhan program dan kegiatan FKKG Penjasorkes yang sudah dilaksnakan diberbagai kecamatan adalah bentuk real kepedulian FKKG Penjasorkes dalam rangka membantu pemerintah untuk mencerdaskan guru, agar guru cerdas, siswa pun pintar.
Oleh karena itu, untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepada para guru khususnya yang terkait dengan penggunaan Buku Bahan Ajar Penjasorkes SD/MI maka sangatlah relevan bila FKKG Penjasorkes Kota Batam menyelenggarakan seminar sehari dengan dengan tema : ” Pemanfaatan Buku Bahan Ajar Bagi Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru Penjasorkes SD/MI Kota Batam”

Bentuk Kegiatan
1. Seminar Sehari ” Pemanfaatan Buku Bahan Ajar Bagi Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru Penjasorkes SD/MI Kota Batam”

Tujuan Kegiatan

1. Seminar Sehari Pendidikan dengan tema ” Pemanfaatan Buku Bahan Ajar Bagi Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru Penjasorkes SD/MI Kota Batam” bertujuan untuk:
a) Memberi wawasan kepada para guru bagaimana menjadi guru yang kompeten dan profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan;
b) Sharing informasi dan pengetahuan ihwal pentingnya Bahan ajar dalam dunia pembelajaran;
c) Mengenalkan kepada para guru bagimana mendesain dan mengimplementasikan pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kelas;
d) Mendorong peningkatan profesionalisme dan kompetensi guru, baik melalui program sertifikasi pemerintah maupun melalui berbagai jalan lain, di antaranya dengan ’sharing and growing’ dalam forum dan wadah keguruan.
2. Tim “Pesanggrahan Guru”
a. Memberikan pilihan kepada para guru untuk memilih dan menyarankan Buku Penjasorkes SD/MI yang relevan untuk pembelajaran dan referensi dalam Penelitian Tindakan Kelas(PTK) ;
b. Realisasi buku bahan ajar Penjasorkes SD/MI .

Nara Sumber
Tim “Pesanggrahan Guru” Penulis buku Penjasorkes SD/MI Bandung.
Peserta
Peserta terdiri dari para guru penjasorkes SD/MI, Jumlah peserta diperkirakan berjumlah 40 peserta.

Pelaksanaan
Hari, tanggal : Sabtu, 22 Januari 2011
Waktu : 07.30 – 16.30 WIB
Tempat : SDN 002 Bengkong

Penyelenggara
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Forum Kelompok Kerja Guru Penjasorkes SD/MI (FKKG Penjasorkes) Kota Batam.

Penutup
Demikian proposal ini dibuat untuk dapat ditindaklanjuti bersama dalam upaya menciptakan iklim perubahan yang berkesinambungan dan membangun dunia pendidikan Indonesia, khususnya di Kota Batam.

Panitia Pelaksana

Ketua,
SUPRIYADI, S.Pd Sekretaris,

BUDI HARIYANTO, S.Pd
Di Ketahui,
Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah

KARTINA NINGSIH, S.Pd

Mengetaui,
Kabid PLS Dinas Pendidikan Kota Batam

H.M.NUR, S.Pd

Lampiran 1 :
SUSUNAN PANITIA
Seminar Sehari
” Pemanfaatan Buku Bahan Ajar Bagi Pengembangan PTK Guru Penjasorkes SD/MI Kota Batam”

Penanggungjawab : DINAS PENDIDIKAN KOTA BATAM
(Bidang Pendidikan Luar Sekolah)

TIM PELAKSANA

Ketua : Supriyadi, S.Pd
Sekretaris : Budi Hariyanto, S.Pd
Bendahara : Ahmad Azhari, S. Pd

Seksi-seksi
Acara : Desvira Idrus, S.Pd
: Mustafa Salim, A.Ma.Pd
: Hot Lisda, A.Ma.Pd

Publikasi, Dokumentasi : Nuril Akbar, S. Pd.I

Pendaftaran & Logistik : Johnson, S.Pd
: Zakaria Syarif, A.Ma.Pd

Konsumsi : Titik Rohaeti
: Resmawati, S.Pd
: Hot Lisda, A.Ma.Pd

Lampiran 2 :
SUSUNAN ACARA
Seminar Sehari

” Pemanfaatan Buku Bahan Ajar Bagi Pengembangan PTK Guru Penjasorkes SD/MI Kota Batam”

SDN 002 Bengkong, Sabtu, 22 Januari 2010

Waktu
Kegiatan
Petugas


07.30 – 08.00
Registrasi Peserta
Panitia

08.00 – 09.00
Opening Ceremony
Panitia
Kabid PLS Dinas Pendidikan Kota Batam


09.00 – 10.30
Sesi I

10.30 – 12.00

Sesi II

12.00 – 13.00

Shalat, Istirahat, Makan
Panitia
13.00 – 14.30
Sesi III
14.30-15.30
Sesi III
Teachers’ Sharing (Guru Berbagi) tentang Bahan Ajar dalam Pengembangan PTK.

15.30 – 16.00 Closing Ceremony & Pembagian sertifikat Panitia

Rabu, 15 Desember 2010

PROFIL

Tentang Ikatan Guru Indonesia
Tentang IGI

Permasalahan bangsa, terkait dengan masalah pendidikan yang begitu kompleks, jelas tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pemerintah. Para gurulah, yang di Indonesia berjumlah 2,7 juta, menjadi pemegang kunci solusi dari permasalahan bangsa. Jika para guru tersebut dapat menjadi Guru Bangsa, semua persoalan bangsa diharapkan akan dapat terselesaikan dengan lebih baik.

Gurulah para pemimpin sejati yang sebenarnya. Gurulah yang memegang peran sebagai pemimpin perubahan. Untuk dapat menjadi pemimpin perubahan, guru harus melakukan perubahan dulu dari dalam dirinya sendiri. Guru tidak selayaknya meminta pihak mana pun untuk mengubah dirinya. Sekali guru melakukan perubahan dalam dirinya, roda perubahan akan bergerak dengan sendirinya. Guru mampu menggerakkan bangsa ini, apalagi kalau hanya menggerakkan dirinya sendiri. Gurulah yang harus menyelesaikan masalah pendidikan. Pemerintah hanya bertugas sebagai lembaga yang mengurus dan mengelola administrasi pendidikan. Itulah sebabnya mengapa Ikatan Guru Indonesia didirikan.